Tips Menjadi Wanita Karir
Kesibukan sering menjadi alasan bagi
banyak wanita atas ketidakmampuannya mendidik anak dan mendisiplinkan
anak-anak mereka. Dengan kata lain, mereka meminta permaklumaman dari
publik atas kegagalannya mendidik anak. Memang, tidak semua wanita
karir gagal dalam perannya sebagai ibu, meskipun jumlahnya relatif
sedikit.
Sebagai informasi untuk Anda, makin
banyaknya perempuan yang berkarir menimbulkan dampak sosial yang cukup
serius di negara Eropa. Kaum perempuan di Eropa ternyata lebih senang
“merawat karirnya” ketimbang menjalankan apa yang menjadi insting kaum
perempuan untuk merawat dan mendidik anak-anak. Hal ini juga telah
menyebabkan turunnya tingkat kesuburan perempuan di benua itu dan
berdampak pada cepatnya penurunan populasi usia kerja.
Gaby Hinsliff, seorang edtitor desk politik di Observer mengatakan bahwa seorang wanita karir bisa memiliki apa saja, tapi sesungguhnya mereka tidak punya kehidupan.
Hinsliff memilih meninggalkan karirnya yang sudah mapan agar lebih
bisa menghabiskan banyak waktu dengan anak lelakinya yang berusia dua
tahun. Hinsliff dengan berani mengungkapkan kegalauannya ketika harus
menggabungkan antara bekerja dan keluarga dan ia mewakili penderitaan
banyak wanita karir yang selama ini tak bisa mereka ungkapkan.
Saya tidak menyuruh Anda untuk meninggalkan karir Anda. Bagaimanapun, itu hak Anda. Toh
juga tidak ada jaminan bahwa seorang wanita yang meninggalkan karir
untuk anak akan membuat anaknya tumbuh dan berkembang sesuai dengan
keinginan. Ibu yang setiap hari di rumah, tapi tidak terlalu care
pada tumbuh kembang anaknya (misalnya ibu asyik menonton televisi
sendiri, sementara anaknya dibiarkan bermain sendiri tanpa bimbingan
darinya) tidak akan sebanding dengan ibu yang bekerja namun memanfaatkan
waktunya yang terbatas secara maksimal untuk mengikuti dan membimbing
tumbuh kembang anaknya.
Wanita manapun, pasti bisa menjadi ibu
yang baik jika mau berusaha keras. Anda memang membutuhkan perjuangan
yang ekstra, karena selain memikirkan pekerjaan, Anda masih harus
memikirkan anak Anda. Nah, apa saja yang bisa Anda lakukan untuk tetap
menjadi ibu yang baik? Langkah apa yang bisa Anda tempuh agar anak Anda
tetap berkarakter baik di tengah kesibukan Anda? Berikut tips-tipsnya:
- Lakukan pendekatan pada anak agar Anda mengenal karakternya.
Karakter anak bermacam-macam, ada yang pemalu, penakut, pemberani,
ektrovert, introvert dan sebagainya. Dan orangtua yang baik adalah
orangtua yang mengenal dengan benar karakter anaknya. Dengan mengenali
karakter anak Anda, akan membantu Anda untuk memaksimalkan
perkembangannya, termasuk perkembangan psikologis anak Anda. Oleh sebab
itu, sesibuk apapun Anda, tetap lakukan pendekatan pada buah hati
Anda. Gunakan waktu luang Anda untuk bergurau, bercanda, berdiskusi dan
berbincang-bincang dengan anak Anda. Ingat, mengatakan ‘Halo, sayang. Bagaimana kabarnya?’
setiap pagi dan sore hari bukan pertanda bahwa Anda memperhatikannya,
menyayanginya atau mendapatkan hatinya. Sebab, bisa saja kalimat sapaan
seperti itu hanyalah bunga bibir yang tidak mempunyai manfaat
sedikitpun bagi anak Anda.
Jika perlu, luangkan waktu khusus
untuk berdua dengan anak untuk menumbuhkan ikatan batin antara Anda dan
dirinya. Manfaatkan kesempatan ini untuk memahami dan mendekatkan diri
dengan anak. Anda bisa memanfaatkan waktu tersebut mulai dari saat
membangunkan atau mengantarkannya tidur, bermain bersama, menonton
televisi bersama, pergi bersama ke tempat-tempat menarik, dan banyak lagi. Usahakan setiap hari ada waktu khusus untuk setiap anak. Akan
lebih baik jika waktu libur dimanfaatkan untuk bersama keluarga.
- Hargai setiap perilaku anak
Menghargai semua perilaku anak, bahkan yang tidak Anda suka sekalipun adalah merupakan bagian dari positive parenting.
Jika anak melakukan kesalahan, jangan langsung dimarahi. Tapi gali
alasan dia melakukannya, serta ajak dia berpikir apakah itu baik atau
tidak. Bersikaplah tenang, karena pada dasarnya setiap perilaku anak
adalah proses menemukan jati diri atau identitas dirinya. Dengan cara
ini, anak mengerti dan Anda bebas stress.
Yang perlu juga Anda perhatikan
adalah jangan menjadi seorang pengkritis sejati akan perilaku anak
Anda. Misalnya begini. Anda baru saja pulang kerja. Tiba-tiba Anda
mendapati kamar ruang tamu yang berantakan karena ulah anak Anda. Anda
tidak perlu langsung marah-marah dan mengkritisi sikap anak Anda yang
tidak disiplin. Tenangkan diri Anda terlebih dahulu, baru kemudian Anda
mengkomunikasikannya dengan anak Anda. Jika Anda selalu mengkritisi
anak Anda, bisa jadi anak Anda akan merasa tidak aman jika bertemu
Anda.
Stop memberikan ceramah, memarahi atau mengomeli anak dengan panjang lebar apalagi dengan teriak-teriak.
Sebaliknya seringlah mengajak mereka berdiskusi. Jangan sekali-kali
berbicara dengan keras dan kasar terhadap anak. Kalau Anda tak ingin
mereka meniru.
Setiap anak ‘berhasil’ berperilaku
baik, berilah dia pujian sebagai penghargaan Anda atas sikap baiknya.
Penghargaan bisa berupa pelukan, ciuman atau pujian-pujian yang
rasional. Demikian juga sebaliknya, jika anak Anda tidak disiplin atau
melakukan kesalahan, Anda harus memberikannya konsekuensi. Jangan pernah memanjakan anak dengan materi dan kasih sayang yang tidak pada
tempatnya, karena ini justru akan semakin mempersulit Anda.
- Gunakan setiap kesempatan
Karena waktu yang Anda miliki sangat terbatas, maka gunakanlah setiap
kesempatan yang ada untuk mengambil hati anak Anda. Tunjukkan bahwa Anda
mencintai dan menyayanginya. Gunakan waktu yang terbatas itu untuk
menjalin komunikasi dengan anak Anda seefektif mungkin.
Sambil bercanda, usahakan
mendapatkan pembicaaan yang ‘berisi’. Misalnya, ajaklah anak mengobrol
dengan santai tentang berbagai hal ketika Anda mengantar dia ke
sekolah. Gunakan juga kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai positif ketika Anda menemaninya menonton televisi atau bermain.
- Berikan teladan
Jika waktu Anda sangat terbatas, maka metode ‘teladan’ bisa menjadi
langkah paling efektif untuk anak Anda, sebab anak akan melihat
perilaku orang-orang terdekatnya dan kemudian mencontohnya. Jangan
dikira anak Anda tidak mengamati keseharian Anda. Oleh karena itu,
tanamkan nilai-nilai positif, misalnya bagaimana menjaga kerapian,
bagaimana dan dimana menaruh barang, dan bagaimana-bagaimana yang
lainnya.
Bila atasan memperhatikan kita...
Bila atasan memperhatikan kita...
Yang penting itu kita tetep punya prinsip anak yang nomer 1, dan kita telah menyelesaikan tugas rumah tangga,,sehingga tidak akan ada masalah ketika jadi wanita karier
ReplyDelete